I'm Nurse


Saat lulus sekolah dan mau lanjut kuliah, gue memang sering ngayal kehidupan perkuliahan kayak di film atau sinetron. Maklum, gue masih cukup polos saat itu. Padahal kenyataannya cukup jauh dari bayangannya. Tapi, karena ujian masuk perguruan tinggi itu enggak ada yang mudah, gue berhenti ngayal dan lebih milih berdoa semoga bisa lolos di jurusan kuliah yang gue pengen.

Ceritanya, setelah banyak ujian masuk yang gue lalui, akhirnya ada juga pilihan yang nyantol. Waktu itu pilihannya masuk jurusan yang gue pengen, tapi kampusnya di pelosok, atau masuk jurusan yang kurang gue suka, tapi kampusnya di Jakarta.

Gue, sih, enggak perlu mikir panjang karena sudah jelas gue pasti memilih jurusan yang gue pengen. Bukan gimana. Masuknya aja sudah susah, masa gue harus korbankan lagi cuma karena pilih kampus yang dekat dengan rumah.

Jadi, setelah daftar ulang ke kampus pilihan, yang gue pikirkan saat itu cuma, semoga gue bisa survive di tempat yang sebelumnya enggak pernah gue pikirkan. Gue memutuskan buat enggak banyak ngeluh cuma karena ekspektasi kehidupan perkuliahan oke yang sama sekali enggak terealisasikan. Pokoknya, gue sudah sangat bersyukur bisa lolos di jurusan kuliah yang gue suka ini.

୨୧

Selama beberapa semester yang gue jalani di sini, memang kesannya enggak begitu bagus dalam beberapa hal. Ya, bisa dibilang sudah jadi risiko sekolah di daerah yang masih berkembang ini. Apa-apanya masih susah dan enggak elit kayak kota sebelah. Tapi, justru poinnya di situ. Alasan pemerintah membangun kampus baru di sini, ya, supaya pembangunan berbagai sektor semakin merata. Banyak hal yang bisa dijadikan bahan untuk menuju perubahan.

Hal itu juga yang mendasari diadakannya seminar dan pemeriksaan kesehatan oleh fakultas gue. Ide dan pendekatannya masih cukup mudah karena kehadiran kami yang masih hangat. Cukup mengadakan seminar kecil atau pemeriksaan kesehatan gratis pun sudah bisa mendatangkan massa yang lumayan banyak.



Singkatnya, rangkaian kegiatan dari acara ini enggak cuma satu. Kami sudah start dari bulan Mei, lalu dilanjut rangkaian kedua di bulan September, dan diakhiri di rangkaian bulan Oktober ini. Sasarannya beragam, yang pasti adalah masyarakat sekitar kampus. Biar sekalian mengenalkan diri, gitu. Ada mahasiswa jurusan kesehatan di sekitar tempat tinggalnya.

Kalau boleh curhat, kepanitiaan yang gue ikuti ini adalah salah satu kepanitiaan yang bikin gue capek dan burnout. Mungkin karena target sasaran acaranya banyak dan ditambah rangkaiannya yang enggak cuma sehari. Walaupun sudah sering rapat dan diskusi ke sana ke mari, pastiii aja ada masalah lain yang dateng. Kadang dari perizinan, kadang dari kesediaan barang, dan yang paling sering dari masalah dana. Typical.


"Enggak ada masalah tanpa solusi." kalau kata ketua acara gue. Seenggaknya ketua acara gue satu ini benar-benar enggak pernah memperlihatkan kalau dia panik atau kebingungan. Jadi bikin bawahannya, termasuk gue, sedikit lebih tenang. Pokoknya dia selalu mengusahakan komunikasi bareng-bareng kalau ada apa-apa. Cari masalah sama-sama juga supaya ketemu jalan keluarnya.

Ya, sudah. Gue memang enggak berniat bercerita pengalaman satu ini secara detail karena sudah ada laporan seabrek yang sudah menunggu.

Yang pasti, acaranya sudah sangat sukses berjalan, walaupun di balik itu semua ada anggota-anggota panitia yang mumet tujuh keliling selama berbulan-bulan. Satu yang pasti lagi adalah gue dan tim panitia sudah sukses memperkenalkan kehadiran mahasiswa kesehatan lewat acara ini. Jadi, mungkin aja di tahun berikutnya, fakultas gue bakal jadi fakultas favorit yang banyak peminatnya. Hehe.



Komentar