Maybe Not Today, but One Day


LIT; a word to describe this amazing experience. Seperti yang gue bilang pada tulisan gue tahun lalu saat pertama kalinya gue belajar tari saman, gue benar-benar menaruh harap supaya gue dan teman-teman gue yang lain masih punya semangat yang sama kalau-kalau ada kesempatan ikut lomba lagi.

Kayaknya yang ngarep saat itu bukan cuma gue aja. Karena di tahun berikutnya kami benar-benar balik ke satu tim lagi buat ikut lomba. Seneng! Bahkan gue bisa bilang kalau semangat kami makin membara. Konsistensi latihannya bisa dibilang masih sama; selalu cari waktu luang di manapun dan kapanpun. Mungkin bonding kami sudah cukup berhasil makanya bisa saling ngerti dan menyesuaikan.

Gue baru tahu ternyata tema yang diusung untuk lomba ini sama kayak tahun lalu. Berhubung sudah punya pengalaman yang lumayan di tahun lalu, gue dan yang lainnya sepakat untuk bikin sesuatu yang baru dan beda. Kalau sebelumnya enggak terlalu ngarep dapat juara, senggaknya tahun ini punya tujuan yang beda; dapat juara. Tapi kalau belum dapat juga, masih ada tahun depan buat dicoba. Hehe.


Ada beberapa hal yang membuat gue dan teman-teman gue lebih optimis kali ini, salah satunya adalah dukungan dari teman-teman dan dosen. Kalau recall melihat peserta lomba tahun lalu, enggak ada yang enggak bagus. Semuanya sukses bikin amaze dan nebak-nebak mana yang bakal jadi juara.

Jadi, menurut gue, dukungan yang terus ngalir sekarang, sangat berarti buat gue dan yang lain. Mengingat dari awal tahun kami ikut kontribusi, enggak ada dukungan lebih yang kami punya selain pengalaman dan keberanian satu sama lain.

Tahun ini juga begitu, sih. Dapat dimaklumi karena wilayah kampus gue saat ini masih berkembang. Banyak sesuatu yang mesti diurus terlebih dulu. Seenggaknya, sudah enggak terlalu kaget kalau-kalau mesti mengurus segala sesuatunya secara mandiri.

Berbekal audio yang cuma didapat dari Youtube, gerakan tari yang enggak terlalu rumit bahkan masih dasar, dan tanpa adanya pelatih profesional, enggak membuat kami putus semangat gitu aja. Bisa dibilang sebagian besar dari teman-teman gue enggak punya dasar menari, tapi malah semangat mereka yang enggak pernah sunyi.

Kuncinya adalah kerja sama tim. Masing-masing sudah tahu tugasnya harus apa, karena pekerjaan satu ini bukan perkara siapa saja yang jago menari. Intinya, pembagian tugasnya cukup fleksibel. Saran dan masukkan apapun selalu kami jadikan bahan diskusi.

Kalau ada gerakan tari yang sekiranya sukar diikuti, itu sudah jadi tugas utama gue untuk mengubah tanpa harus membuat keseluruhan konsepnya menjadi biasa. Tentu, enggak lupa dengan persetujuan bersama.

Walaupun tahun ini enggak sampai masuk juara 3 besar, tapi seenggaknya mendekati. Tim gue dapat juara 4, tapi setelah melihat perolehan nilainya, jumlahnya enggak beda jauh dengan juara 3! Refleks teriak bareng-bareng saat tahu faktanya. Benar-benar cukup puas karena usaha kami yang sudah cukup maksimal secara mandiri, tanpa pelatih. Hihi. Ini, sih, memang karena kekuatan doa dan kerja sama keras yang enggak ada dua. B)


Komentar