Experiencing Ratoh Jaroe



Ambisi pertama gue setelah masuk kuliah bukan belajar atau jadi bintang kelas, melainkan mengikuti banyak kegiatan kampus. Supaya ada kesan aktivis kampusnya, begitu. Gue sudah mulai merasa bosan setelah beberapa bulan menjalani bangku kuliah karena kegiatan yang monoton.

"Kuliah kayak begini doang?" kata gue dalam hati yang seingat gue pada saat itu lagi menjalani kelas siang yang isinya cuma ngantuk.

Maklum, gue berpikir ekspektasi yang agak tinggi terkait dunia kuliah ini, walaupun pada saat itu gue belum tahu akan banyak kegiatan ekstrem yang sudah menunggu. Seenggaknya gue curi waktu di awal-awal tahun untuk mengikuti banyak kegiatan, biar enggak nyesel, gitu.

Kebetulan di tahun ajaran gue mulai masuk kuliah, bertepatan juga dengan pengumuman event tahunan kampus. Isinya berbagai macam lomba antar fakultas dan pentas seni lainnya. Pilihan lombanya banyak banget, gue sampai bingung mau pilih yang mana yang cocok gue ikuti. Karena memang enggak ada yang cocok, sih, gue enggak cukup berprestasi. Sad..

Setelah membaca pemberitahuan itu, seketika grup obrolan kelas gue yang didominasi sama perempuan jadi ramai. Bisa dibilang ini salah satu alasan gue berambisi jadi aktivis kampus; teman-teman gue enggak kalah ambis! Tanpa babibu beberapa dari mereka langsung mengajak teman yang lain termasuk gue untuk mengikuti salah satu lomba. Lomba tari. Akhirnya tanpa pikir panjang gue mengajukan nama gue untuk disertai list dalam lomba itu.

Nah, dari situ gue mulai belajar pengalaman baru. Enggak cuma pengalaman belajar tari daerah baru, gue juga belajar dinamika diskusi kelompok, dan gimana caranya memahami isi kepala masing-masing teman kelompok. Jenis perlombaan ini kelompok, makanya masing-masing dari kami harus menjadi satu supaya kekompakkan kami tetap bertahan hingga waktu lomba selesai.


Dari kecil gue memang terbiasa harus bagi-bagi waktu dengan aktivitas yang melelahkan, sih. Jadi kalau periodenya diulang, gue enggak begitu kaget. Cukup siap karena ini pekerjaan pertama gue juga di kampus. Kami latihan hampir setiap hari di saat ada waktu luang. Kalau enggak ada, ya, ambil waktu lain, contohnya kayak waktu tidur. Orang lain di asrama jadwalnya tidur, kami bangun dan terus latihan sampai paha berubah warna, "Simulasi jadi macan tutul," kalau kata Nabila. Kadang sampai enggak bisa berdiri saking lamanya durasi kami latihan dan cuma disiasati pakai koyo supaya cepat pulih.

Point out ke 'pekerjaan pertama di kampus', karena kami sama-sama baru mulai meraba medan yang ada, hasil yang didapatkan dalam bentuk kejuaraan menjadi urusan nanti. Yang penting, kami sudah banyak belajar dan melalui pengalaman baru yang jumlahnya di luar dugaan dan ekspektasi. Puas dan bahagia, namun enggak ragu juga bagi kami untuk mengikuti kegiatan lain. Hitung-hitung yang sudah terlewati kemarin bisa jadi bekal untuk kegiatan selanjutnya di tahun yang akan datang. 



Komentar