Terik Yang Dingin



Kala mengagumi seseorang, acap kali ia tampak begitu bersinar dibanding rupa lainnya. Seakan-akan mentari mulai berdempit dengan bumi. Namun, di sini letak pembedanya. Tatkala sang surya mesti dihindari karena teriknya yang menyengat, aku justru sibuk menghampiri wujudnya. Bukan wujud mentari, namun, wujud yang sinarnya bisa mengumpamai itu.

Jarak mentari itu sangat jauh, tapi sinarnya bisa merambah ke penjuru dunia. Di sini letak pembedanya lagi. Kenyataannya, ia tidak bersinar sama sekali, juga sinarnya pun tidak menyambar siapa-siapa. Jika kembali ke awal tulisan, apakah pertanyaan itu berdasar? Atau itu hanya ilusi dari perasaan kagum?

Bicara tentang jarak, ada hal lain yang menarik. Ia selalu dekat sampai-sampai hangatnya terasa sampai belakang punggung. Hanya saja, bak ada dinding transparan yang membersitkan kesan renggang dan tidak lagi hangat. Kalau begitu, walaupun aku melihat semburat terik dan cahaya kala di dekatnya, hangat itu perlahan berubah menjadi dingin. Terik yang dingin.


Komentar