Kawan Satu Jok


Selain punya maksud tersirat ingin pamer foto di mana gue terlihat sangat cantik dan manis kayak foto di atas, gue akan ulas salah satu kisah bersama seseorang yang sudah membersamai gue selama kurang lebih dua tahun ke belakang ini.

Sebut aja namanya Nella, dipanggilnya Cenell, dengan penyebutan yang sama kayak salah satu label perusahaan tata busana dunia. Awal mula bertemunya sewaktu menjadi mahasiswa baru dan mau menjalani ospek. Enggak ada perawalan menarik selain percakapan biasa mengenai urusan persiapan masa orientasi yang menyita.

Impresi pertama gue terhadap Nella bisa dibilang kurang bagus, dalam artian, gue sempat berpikir akan sulit dekat dengan dia karena pribadinya yang jutek dan enggak banyak ngomong. Padahal kata jutek sudah cukup melekat pada diri gue karena impresi yang sering dilontarkan orang-orang saat pertama kali bertemu. 

Seenggaknya ada satu kesamaan yang terlihat langsung saat kali pertama bertemu antara gue dan Nella. Sama-sama kelihatan jutek dan kurang bersahabat.

Usia Nella agak lebih tua, lahirnya di Ciamis yang wilayahnya berupa dataran tinggi dengan pegunungan yang membuat dia begitu akrab dengan hawa dingin. Enggak jauh berbeda dengan kota kelahiran gue di Bogor. Salah satu kesamaan lain yang saling berhubungan mengingat kami berdua akan menetap di wilayah ujung pesisir di mana kemungkinan besar iklim dan cuacanya yang berbanding terbalik.

Pertemuan perdana gue dengan Nella dimulai dari periode pra-orientasi mahasiswa. Saat itu kebetulan gue enggak sengaja bertemu dengan Nella dan Ibunya saat sedang berkunjung untuk melihat-lihat gedung kampus. Pertemuan itu cukup singkat dan penuh akan basa-basi. Namun, selama masa orientasi sampai kehidupan perkuliahan dimulai, kami mulai enggak terpisahkan.

Beberapa waktu sebelum kami bertemu, gue memang sudah pernah berpesan kepada dia untuk meminta tolong kalau-kalau gue butuh tumpangan kendaraan bermotor karena gue mengaku enggak bisa membawa kendaraan roda dua itu. Dengan sedikit embel-embel sogokan, akhirnya dia mengiyakan. Walaupun gue memang yakin kalau dia bakal membantu tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan.

Berawal dari meminta tumpangan itu, sampai mendapat julukan 'kawan satu jok', gue dan Nella sudah melewati banyak hal bersama. Dari mulai hal-hal senang, sedih, lelah, kesal, marah, dan emosi lainnya enggak pernah absen gue rasakan dengan dia. Adapun dari mulai jalan menuju kampus, ujung kota, sampai lintasan sepanjang pesisir sudah gue lalui pula sambil melakukan kebiasaan mengoceh bersama tanpa jeda.

Kami memang sama-sama terlihat jutek dan enggak banyak ngomong, tapi kalau dibandingkan, gue lebih enggak cocok dibilang jutek karena kenyataannya gue cerewet. Rasanya kayak punya kakak perempuan lain yang selalu mendengarkan ocehan dan keluhan gue setiap saat. Mungkin karena itulah tingkat kecocokan pertemanan kami menjadi sangat tinggi. Hahahaha.

Komentar