Borneo Girls: Excuse Us!


Sebuah penutupan yang menarik untuk tahun yang super hectic!

Lagi-lagi tulisan edisi menari. *sighing* Gue enggak janji bisa berhenti untuk menulis tentang pengalaman satu ini. Selagi ada waktu dan kesempatan, gue bakal meluangkan waktu buat berbagi kisah yang kalau dibaca-baca ulang lagi, intinya semua sama aja.

Tapi, enggak apa-apa. Mana tahu di tahun selanjutnya gue enggak ikut kegiatan ini lagi. Atau mungkin saat waktunya gue 'pensiun' karena satu dan lain hal. 'Kan lumayan, seenggaknya gue punya arsip buat mengenang masa-masa dari kegiatan yang gue suka. Bahan nostalgia, gitu. Hehe.

୨୧

Sejauh dari pengalaman manggung yang sudah gue tempuh, predikat nomor satu manggung paling menguras mental dan drama adalah manggung di perlombaan kemarin; tahun ketiga gue dan tim mengikuti lomba. Nomor duanya manggung di acara ulang tahun fakultas kali ini. Lebih tepatnya lomba juga, sih.

Di akhir tahun ajaran ini fakultas gue mengadakan festival buat merayakan ulang tahun fakultas. Pokoknya semua mahasiswa dari berbagai angkatan sampai dosen turut berpartisipasi memeriahkan acara ini. Rangkaian acaranya beragam, sudah pasti banyak juga perlombaannya.


Singkatnya, perlombaan ini diikuti antar angkatan mahasiswa. Setiap angkatan diberi tema daerah di Indonesia dan harus menampilkan pentas seni yang berhubungan dengan budayanya. Sesuai judul, angkatan gue dapat tema dari daerah Kalimantan. Bisa dibilang mudah karena ada orang Dayak asli di angkatan gue. Untuk urusan pentas seninya pun enggak harus terlalu mikir keras karena gue dan beberapa teman gue sudah enggak begitu asing dengan budayanya.

Persiapannya enggak begitu berat dan menguras tenaga karena sebelumnya sudah saling berbagi tugas. Latihan pentas seninya pun enggak begitu keras kayak latihan-latihan sebelumnya, mengingat acara ini diadakan di penghujung tahun ajaran yang hampir bertepatan dengan minggu-minggu ujian.

Karena saat itu kondisi gue lagi kurang baik, gue memutuskan buat enggak terlalu mengurusi langsung kegiatan ini. Niatnya enggak bakal ikut nari juga karena memang gue sudah enggak punya energi saat itu. Tapi, takdir berkata lain. Beberapa hari sebelum acara, salah satu teman gue yang ikut pentas seni, mengalami kecelakaan motor. Kecelakannya bisa dibilang cukup parah sehingga nihil buat dia ikut berpartisipasi. Berhubung saat itu waktunya sudah mepet untuk rombak konsep tari, mau enggak mau gue akhirnya turun menggantikan teman gue itu.

Awalnya sempat ragu, tapi karena acara ini dikemas secara fun, jadi, kami enggak begitu mikir tentang dapat juara apa enggak. Yang penting bisa solid dan seru-seruan bersama.

Fakta: tulisan ini ditulis pas gue lagi enggak bisa tidur. Jadi, kalau enggak menarik dan berantakan, mohon dimaklumi. Ternyata berimajinasi tanpa tidur memang sulit.

Komentar